SOSOK guru tidak akan pernah lepas dari kehidupan kita. Mulai dari kita kecil sampai kita dewasa kita akan bertemu terus dengan sosok guru. Seorang yang diguguh dan ditiru ini menyalurkan ilmu pengetahuannya kepada murid-muridnya agar mereka menjadi seseorang yang dapat berkarya sesuai dengan bakat, prestasi, dan kualitas yang dimiliki masing-masing.
SALAMAN atau jabat tangan sering sekali kita lakukan,
misalnya saat berkenalan, saat bertemu dengan teman lama, saat mencapai
kesepakatan, juga saat lebaran. Salaman itu sebenarnya sudah menjadi
budaya manusia sejak dulu, dan merupakan kewajiban. Tapi seringkali kita
merasa gugup dan tidak nyaman saat salaman. Mengapa demikian?
Dengan perannya yang sangat besar dalam kehidupan kita, maka sepantasnya guru itu dihormati oleh kita. Dalam Islam pun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bersikap selaku murid terhadap gurunya.
Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut,- Menghormati dan menghargainya. Hal ini sebagaimana pengamalan atas sabda Rasulullah SAW. “Bukan dari golongan kami mereka yangtidak menghormati yang tua, tidak menyayangi yang kecil dan tidak mengetahuihak orang yang alim” (Shahih Jami’)
- Tidak mencari-cari kelemahan dan kesalahannya.
- Tidak menggibahnya (membicarakannya dengan yang dia tidak senangi), bahkan membelanya ketika digibah orang lain.
- Mendoakannya dari kejauhan semoga diberi pahala atas ilmu yang sudah ia ajarkan.
- Mengambil manfaat dari kebaikan sang guru,dan tidak mencontohnya jika berbuat salah
- Menisbatkan ilmu yang ia ajarkan kepadanya; karena hal itu mengangkat kedudukannya di mata manusia
- Menjaga adab berbicara dan diskusi dengannya.
Begitulah adab-adab dalam bersikap terhadap guru kita, selain karena
anjuran Islam, insya Allah dengan bersikap sesuai tuntutan Islam, ilmu
yang sudah kita dapatkan dari guru kita pun akan lebih berkah.[islampos/Muhammad Anun As-Sasakiy]
Post a Comment