Pada hakikatnya sifat zuhud telah digambarkan oleh Al-Quran dan Sunah Rasulullah SAW.
1. Zuhud dengan harta benda.
Di dalam surah Al-Hadiid ayat: 23 yang bermaksud: ”Supaya kalian jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kalian dan supaya kalian jangan.terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian.”
Harta yang kita dapat sebenarnya telah tertulis di lauh mahfuz dan begitu pula sebaliknya, apa-apa yang terlepas dari tangan kita adalah ketentuan Allah yang kalamNya telah pun kering. Bagaimana mungkin seseorang itu menahan rezeki saudaranya jika Allah telah memutuskan dia berhak menerimanya. Jika demikian pengetahuan dan keimanan kita ke atas qada dan qadarNya maka jiwa kita telah merasai zuhud terhadap nikmat harta.
2. Zuhud dengan pangkat dan kedudukan.
Manusia sering lupa jika berada di atas, padahal ia bermula dari bawah. Hanya mereka yang diselamatkan Allah sahaja yang mampu menghadapi fitnah kekuasaan yang berada di tangannya. Pada kebiasaannya manusia amat suka pujian, yang kecil memuji orang besar dan yang miskin memuji si kaya. Hamba yang zuhud tidak mudah lupa diri ketika menerima pujian ataupun celaan. Kerana hatinya berada sangat dekat kepada Allah, hanya Dialah yang layak menerima pujian. Begitu pula jika celaan yang didengar maka bertambah waspada ia mengenali aib dirinya dan mengambil manfaat daripada celaan orang yang mencela. Hamba Allah seperti ini digelari Al-Quran sebagai Ibadur Rahman.
3. Zuhud terhadap amal saleh yang dilakukan.
Penyakit orang yang beramal ialah memandang suci dirinya sedangkan orang lain kotor. Begitu juga orang alim yang tertipu dengan ilmu menyangka orang lain rendah dan bodoh. Padahal syurga hanya dapat dimiliki bukan kerana amal dan ilmunya tetapi kerana rahmat Allah Taala. Rasulullah SAW telah bersabda: Tidak sekali-kali amal salah seorang diantara kamu boleh memasukkannya ke syurga. Mereka bertanya: Tidak pula engkau, wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Tidak pula aku, kecuali jika Allah melimpahiku dengan rahmat dan kurniaNya.” (Hadis riwayat Bukhari Muslim)
4. Zuhud dengan menyembunyikan zuhud.
Ada orang yang sengaja menunjuk-nunjuk kezuhudan dengan berpakaian yang lusuh dan kotor, berjalan lambat dan lemah, bercakap dengan cara yang merendah diri tetapi bermaksud menyindir orang yang mendengar, merasa diri sendiri baik dalam hal ibadat dan orang lain salah. Menganggap rendah kedudukan orang kaya seakan-akan mereka ahli neraka dan merasa hebat menjadi si miskin yang pasti akan mendapat syurga. Ibnul Mubarak mengatakan: ”Zuhud yang utama ialah menyembunyikan zuhud”.
Pada suatu hari Aisyah Ra pernah melihat sekumpulan pemuda yang berjalan longlai dan berwajah kusut, pakaian mereka lusuh. Beliau bertanya: Siapakah para pemuda itu? Dikatakan kepadanya: ”Mereka adalah ahli ibadat.” Aisyah berkata: Demi Allah tiada orang yang paling takwa selain Umar al-Khattab tetapi apabila ia berjalan gagah, jika bercakap menunjukkan ketegasan dan ia menghukum menggunakan kekuatannya menegakkan keadilan.”
5.Zuhud dengan memandang akhirat pada harga yang mahal.
Dunia adalah jalan untuk mendapatkan akhirat. Sedetik yang dipergunakan untuk beribadat lebih berharga dari dunia dan seisinya. Berasa rugi jika menghabiskan masa di dunia hanya untuk permainan dan hiburan. Rasulullah SAW bersabda: ”Dunia itu dibandingan akhirat hanyalah seperti seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut, hendaklah ia melihat air yang menempel di jarinya setelah diangkat daripadanya.” (Muslim, Tirmizi dan Ibnu Majah)
Ibnu Taimiyah mengatakan bahawa: zuhud ialah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat untuk akhirat kamu.”
#Muslim yang zuhud tentu memiliki sejumlah tanda yang bisa dikenali.#
Imam al-Ghazali setidaknya menyebut 3 (tiga) tanda zuhud (‘alamat az-zuhd).
Pertama: tidak bergembira atas harta yang dia miliki dan tidak bersedih hati atas harta yang tidak dia miliki atau yang hilang dari diri. Ini sebagaimana firman Allah SWT (yang artinya): …agar kalian tidak berduka atas apa yang hilang dari diri kalian dan tidak terlalu bergembira atas apa Allah berikan kepada kalian (TQS al-Hadid [57]: 23).
Kedua: Sama saja bagi dirinya pujian dan celaan manusia (Pujian tidak membuat dirinya bergembira. Celaan tidak membuat dirinya duka-lara).
Ketiga: Perhatian terbesarnya hanyalah Allah SWT. Ia senantiasa merasakan kelezatan dalam ketaatan kepada Allah SWT karena kalbunya memang tidak pernah kosong dari rasa cinta (mahabbah) kepada-Nya (Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum ad-Din, III/333).
Dalam Islam, zuhud bukanlah hidup membenci dunia dan mengisolir diri dari keramaian dengan mengabaikan kewajiban menafkahi keluarga. Zuhud tidak mengharamkan yang halal dan tidakpula membuang harta. Zuhud terhadap dunia berarti lebih yakin dan percaya apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tangan manusia.
Ada 3 tingkatan zuhud yaitu:
1. Tingkat Mubtadi’ (tingkat pemula) yaitu orang yang tidak memiliki sesuatu dan hatinya pun tidak ingin memilikinya.
2. Tingkat Mutahaqqiq yaitu orang yang bersikap tidak mau mengambil keuntungan pribadi dari harta benda duniawi karena ia tahu dunia ini tidak mendatangkan keuntungan baginya.
3. Tingkat Alim Muyaqqin yaitu orang yang tidak lagi memandang dunia ini mempunyai nilai, karena dunia hanya melalaikan orang dari mengingat Allah. (menurut Abu Nasr As Sarraj At Tusi)
AI Ghazali membagi zuhud juga dalam3 tingkat yaitu:
1. Meninggalkan sesuatu karena menginginkan sesuatu yang lebih baik dari padanya
2. Meninggalkan keduniaan karena mengharap sesuatu yang bersifat ukhrawi/keakhiratan
3. Meninggalkan segala sesuatu selain Allah karena terlalu mencintai-Nya
Dalil tentang Zuhud
Makna dan hakikat zuhud banyak diungkap Al-Qur’an, hadits, dan para ulama. Misalnya surat Al-Hadiid ayat 20-23 berikut ini.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Zuhud sekilas tampak sebagai perkara sepele. Namun jika kita renungkan, zuhud sebetulnya menyimpan energi positif yang luar biasa bagi seorang Muslim. Seorang Muslim yang zuhud, misalnya, akan senantiasa bersemangat dalam beribadah, antusias dalam bersedekah, dan giat dalam berdakwah. Sebab, urusan dunia bagi dirinya bukan lagi menjadi fokus utama. Fokus utamanya adalah urusan akhirat, juga urusan umat.
Sebaliknya, cinta dunia sebagai lawan dari sikap zuhud juga menyimpan energi luar biasa bagi seorang Muslim; tentu bukan energi positif, tetapi energi negatif: energi yang justru bisa mematikan hati (Lihat: Ibn ’Ajibah,Iqazh al-Himam Syarh Matan al-Hikam, I/63). Jika hati sudah mati, ibadah tak lagi terasa sedap; sedekah tak lagi terasa lezat; dakwah pun tak lagi terasa nikmat, malah mungkin terasa berat. Na’udzu bilLah min dzalik!
======================= *Semoga Bemanfaat*==========================
http://drjuanda.com/
http://flexmedia.co.id
http://hizbut-tahrir.or.id/2012/02/04/kunci-zuhud
http://www.hidupberkah.com/slide-news/kunci-zuhud
http://www.laskarinformasi.com/2010/12/arti-zuhud.html
Post a Comment